Jibril Al Amin As di Ghadir Khum :

" Rasul (umat) ini telah mengikat perjanjian abadi setiap Mukmin yang tiada yang akan berpaling kecuali tidak Percaya Tuhan "


September 30, 2010

Perpecahan mendatangkan Adzab Illahi

Wawancara dengan Ayatullah Thabarsi
 (Wakil Wali Faqih di propinsi Mazandaran dan Imam Jum'at kota Sari, Iran)

Berkaitan dengan Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam dapat dikatakan bahwa tujuan para pelopor dan penyeru persatuan dan pendekatan mazhab bukanlah menangnya suatu mazhab atas mazhab yang lain atau usaha menggabungkan dua mazhab atau menetapkan suatu mazhab dan menghapus yang lainnya, namun tujuan utamanya adalah upaya mencari pelbagai titik temu di antara pelbagai mazhab Islam. Bagaimana pandangan Anda dalam masalah ini?

Tanya:
Berkaitan dengan Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam dapat dikatakan bahwa tujuan para pelopor dan penyeru persatuan dan pendekatan mazhab bukanlah menangnya suatu mazhab atas mazhab yang lain atau usaha menggabungkan dua mazhab atau menetapkan suatu mazhab dan menghapus yang lainnya, namun tujuan utamanya adalah upaya mencari pelbagai titik temu di antara pelbagai mazhab Islam. Bagaimana pandangan Anda dalam masalah ini?
  
Jawab:
Yang dimaksud persatuan dan pendekatan mazhab ialah seluruh kaum Muslim di dunia—yang memiliki pelbagai persamaan dan titik temu, seperti: 1-Keyakinan terhadap Keesaan Allah 2-Agama yang satu, yaitu Islam 3-Nabi yang satu 4-Kitab Suci yang satu (Alquran al Karim) 5-Kiblat yang satu (Kabah) 6-Shalat, puasa, haji dan zakat serta sama-sama memiliki peradaban Islam—harus berada dalam satu front dan barisan guna menghadapi musuh-musuh Islam dan para penjajah serta orang-orang asing (mereka hendaknya seperti bangunan yang kokoh).

Kaum Muslim yang memiliki potensi besar berupa jumlah penduduk yang tidak kurang dari satu milyar setengah, energi dunia yang ada di genggaman mereka, kekayaan yang melimpah dari bahan tambang dan sebagainya, dan jalur perdagangan penting dunia berada di perairan mereka, seperti Teluk Persia dll, serta pelbagai potensi riil dan terpendam lainnya harus dimanfaatkan secara optimal demi menciptakan persatuan dan keharmonisan hubungan di antara sesama mereka.
Tanya:
Apa penyebab timbulnya perpecahan di kalangan Muslimin? Apakah perpecahan tersebut dipicu oleh faktor internal agama atau justru faktor eksternal agama? Dan menurut Anda, sejauhmana musuh-musuh Islam berhasil memecah belah kaum Muslim?

Jawab:
Kelemahan dan kemunduran umat Islam tidak ada hubungannya dengan Alquran, Islam dan akidah (ideologi), namun kembali kepada diri mereka sendiri. Umat Islam terpengaruh dengan semboyan musuh: “Ceraiberaikan, lalu kuasailah.” Ironis sekali, umat Islam yang mempunyai kekuatan spiritual dan material, ekonomi dan politik serta sosial tidak mampu berdiri tegak (melakukan perlawanan) terhadap kaum Zionis yang tidak memiliki negara, yaitu Israel sang agresor dan penjahat.

Oleh karena itu, umat Islam—sesuai dengan tuntutan agama, akal, dan sosial serta politik—harus segera mengakhiri segala bentuk perpecahan dan perselisihan ini, dan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan hendaklah masing-masing mereka saling menolong satu sama lain (tangan Allah bersama jamaah/kelompok yang bersatu), sehingga mereka mampu menghilangkan problema utama ini dan mengembalikan kemulian yang telah hilang. Dan terakhir, saya ingin mengutip pernyataan bijak Ayatullah Sayid Abdul Husain Syarafuddin Amili yang mengatakan: “Syiah dan Ahlussunah sejak semula dipisahkan oleh politik dan ambisi politis, maka sekarang hendaklah politik dan obsesi politik Islam mempersatukan Muslimin.”

Tanya:
Untuk mencapai kekuasaan, dunia saat ini berupaya menciptakan persatuan, baik dalam skala besar maupun kecil, misalnya terdapat Persatuaan Afrika, Persatuan Bangsa Arab, Persatuan Eropa, PBB, OKI, Persatuan Negara-Negara Teluk Persia, dst. Menurut Anda, untuk mencapai suatu persatuan praktis, apa yang harus dilakukan oleh dunia Islam? Apakah harus mendukung OKI dan lembaga-lembaga yang mengikutinya, apakah mereka harus membentuk suatu forum persatuan yang baru dan dengan tujuan yang baru pula?
Jawab:
Menurut hemat kami, sudah saatnya umat Islam—sebagaimana telah kami tegaskan—untuk membentuk “Persatuan Kolektif”, sehingga mereka mampu membela kehormatan dan kesucian Islam, Alquran dan Nabi Muhammad saw. Tentu saja mereka dapat menyempurnakan pelbagai lembaga/organisasi yang sudah ada.
Tanya:
Pada masa sekarang sebagian mengklaim bahwa pembahasan tentang persatuan dalam ruang lingkup praktek dan pendekatan antar mazhab merupakan salah satu keharusan/kebutuhan Islam. Menurut Anda, bagaimana masalah ini dapat didukung oleh dalil syar`i (syariat) dan `aqli (akal)?
Jawab:
Persatuan umat Islam dan pendekatan antar berbagai mazhab mereka merupakan salah satu kebutuhan dan eharusan yang tidak dapat dihindari. Maka, kalangan alim ulama, para politikus, para pengusa, kaum cendekiawan Islam dan masyarakat harus memperhatikan kewajiban Alquran, riwayat (hadis/naqli), dan akal ini. Sedangkan dalil-dalil yang menunjukkan betapa pentingnya pembahasan persatuan dalam Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:
  • Dalam pandangan Alquran, “Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah” (QS. Ali Imran). Yakni, berpegang teguh dengan tali Allah secara kolektif, bukan individual.
  • “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS. Al Hujurat) Maka, pemahaman kebalikannya adalah permusuhan dan kebencian. Yakni, bila tidak ada persaudaraan maka tidak ada pula keimanan.
  • “Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan.” Kata “udkhulu” adalah kata kerja perintah yang menunjukan kewajiban. Jadi, persatuan adalah kewajiban `aini-sosial (berlaku untuk semua), karena dalam ayat tersebut disebut dengan ‘kaffah’ (secara keseluruhan).
  • “Sesungguhnya umatmu adalah umat yang satu.”
  • Dalam pandangan Alquran al Karim, filosofis penciptaan pelbagai bangsa dan kabilah adalah “lita`arafu” (supaya mereka saling mengenal), dan bukan “litakhashamu wa ta`anadu” (saling bermusuhan dan berlawanan. Tentu saja masih banyak ayat yang lain, yang tidak dapat kami sebutkan sekarang ini. Di samping itu, kita juga mempunyai semboyan/slogan yang terkenal, “Islam dibangun di atas dua pilar: kalimat tauhid dan menyatukan kalimat.”

Kemudian, sunah Nabi saw dan para Imam Syiah menunjukkan betapa mereka begitu peduli terhadap persatuan. Sedangkan dari sisi akal, keadaan sekarang ini—menurut hemat kami—kita tidak memerlukan dalil akal untuk persatuan, sebab masalah ini cukup nyata dan seluruh orang yang berakal sehat di dunia telah membentuk persatuan di kalangan mereka. Mereka berusaha untuk berkiprah di tingkat global dan berupaya mengusai globalisasi. Lalu, apakah menurut Anda cukup rasional kita umat Islam masih duduk santai sambil berusaha mencari dalil persatuan dalam Alquran, riwayat dan sumber-sumber akal?!
Tanya:
Apakah Anda bisa menyebutkan pelbagai kerugian bagi dunia Islam di balik terjadinya perpecahan di kalangan mereka?

Jawab:
Segala sesuatu dikenal dengan lawannya. Lawan dari persatuan adalah perpecahan, dimana Alquran al Karim dan pelbagai riwayat telah mengingatkan umat Islam agar jangan sampai mereka terpelosok ke dalam jurang ini. Saking besarnya bahaya perpecahan dan percekcokan ini sampai-sampai saat Allah Swt melarang umat Islam dari berbecah belah seperti Ia memerintahkan mereka untuk mendirikan agama, sebagai bagian dari syariat seluruh nabi ulul azmi: “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy Syura: 13) Perpecahan mendatangkan azab Ilahi. “Dia yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau daribawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian) kamu kepada keganasan sebagian yang lain..” (QS. Al An`am: 65)
Perpecahan masuk dalam ketegori azab langit dan halilintar serta gempa. “Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih.” Berkaitan dengan perpecahan dan usaha menjauhinya serta kepedulian terhadap persatuan, para imam ahlul bait kiranya dapat menjadi teladan yang baik karena mereka telah memberikan bimbingan kepada kita semua, terutama Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib sebagaimana yang terdapat dalam kitab Nahjul Balaghah. Beliau sendiri cukup elegan menerapkan persatuan tersebut dengan para Khulafa Roshidin.[ Taghrib.ir ]



0 comments:

Enter Your email to Get Update Articles

Delivered by FeedBurner

Random Articles

Powered by Blogger.

Recent Comments

" Pro-Log for the Light Of AT TSAQOLAIN "

  © Free Blogger Templates Cool by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP