Jibril Al Amin As di Ghadir Khum :

" Rasul (umat) ini telah mengikat perjanjian abadi setiap Mukmin yang tiada yang akan berpaling kecuali tidak Percaya Tuhan "


December 31, 2008

Kritik atas Dogma Ummayah


Sebagian orang lebih memilih menyerahkan pada takdir dan menutup diri dari makna makna berpedar peristiwa karbala.

Mereka 'agak' mempersoalkan ratapan atas Syuhada karbala. Sungguh sangat mengherankan..

Nabi Yaqub As menangis atas hilangnya Yusuf As, sementara Keluarga Nabi Saww tidak boleh diratapi karena kehilangan Akbar Pribadi Agung Putra Suci Rasulullah Saww..

Hilangnya Yusuf menimbulkan ratapan Yaqub As.
Sementara Putra Nabi di sembelih kita tidak boleh meratap..

Dan apakah bila darah daging mereka di mutilasi mereka akan terbahak seraya berkata inilah takdir...

Sungguh sangat mengherankan...

Sedang Nabi suci Saww Bersabda : Tidak disebut mencintaiku sebelum melebihi Kecintaan atas keluarga suciku

Bagaimana kami tidak meratap sementara Putra Nabi di Zholimi..

Dibagian Lain..
Nabi Suci menangis kala mengenang dan ingat karbala pun saat mendekati assyuro..
namun kita dizaman ini lebih memilih berpuasa dengan landasan "banyak cara mengekspresikan kecintaan pada Al Husein As"

Cara yang bagaimana yang dianggap terbaik mengalahkan Sunnah Nabi Nya Saww..?

Apakah dengan cara mengadakan majelis Asyuro (mengenang Karbala) sesuai tuntunan Nabi Suci Saww ataukah dengan berpuasa dengan aturan sendiri...

--

Syahidnya Al Husein As bukan sekedar tuk diratapi dan ditangisi namun harus difahami bahwa perjuangan beliau bukan sekedar takdir lalu syahid.

Tangisan Nabi suci Saww juga bukan sekedar tangisan ratapan..
Beliau Saww adalah Ushwah sejati dimana seluruh Nabi As bersaksi atas Beliau Saww.
sudah pasti pula apa yang dilakukan Nabi Saww pastilah memiliki Makna terdalam dan bukan sebuah kesia sian

Mengembalikan semua kepada ALLAH adalah sebuah aturan jelas, namun kita harus juga mengamini, bahwa perjuangan perjuangan para pendahulu islam ada yang murni ada juga yang berbalut fatamorgana..

Disini timbul pertanyaan mendasar, bagaimana menempatkan sesuatu yang haq diatas yang bathil?
apakah dengan berdiri diantaranya? (baca Syubhat)

ketika agama di sandarkan pada pengaburan, tiadalah ada kemuliaan didalamnya kecuali simbol dan rutinitas semata. Bukankah ALLAH AWJ hanya menerima amalan sesuai syariatNya.

Kebangkitan Imam Husein as telah membuka semua gerbang Kebaikan di Muka bumi dan membuat para pencari Haq mengenali haq itu sendiri.

"Aku bangkit untuk memurnikan Agama Kakekku"

Saat agama telah rusak oleh para pemimpin yang tidak mengenal agamanya, adalah kewajiban semua mukmin tuk bangkit berdiri melawan kebathilan.

contoh saja, dimasa ini..
kalo bukan karena teladan Imammul Husein As Syahid As, tiadalah mungkin saudara Hizbullah kita terpanggil membela Gaza, dimana saat lainnya yang berfaham -serahkan takdir- hanya mampu menjadi penonton dan pengecam.

Serahkan pada Takdir, kalo terjadi maka terjadi..
berpangku tangan lah.
Makna ini amatlah kurang pas disandingkan dengan esensi ISLAM.

Kecintaan memang dihati..
namun ingatlah Rasulullah Saww bersabda dan meminta umatnya mawaddah pada Keluarganya Al Qurba suci

As Syuura ayat 23 :
Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang pada dzil qurba

Disini Nabi menggunakan kata mawaddah, sebuah posisi yang lebih tinggi dari Mahabbah.
karena Mawaddah pasti mencintai (didalamnya ada ketaatan) sementara Mahabbah hanya berporos pada zohir semata dan berakhir pengakuan.

Saya teramat yakin bila ditanya semua orang tidak ada yang tidak akan menjawab "saya tidak mahabbah keluarga Nabi"

Namun pernahkan mereka bertanya pada diri mereka sendiri, "apakah saya telah mawaddah?" (minimal menempuhnya). Niscaya tidak mudah menjawabnya.

Disinilah letak urgensi bahwa Muharam bukan sekedar amalan berbungkus kemuliaan, namun Muharam adalah Bulan dimana Nabi ALLAH SAWW terluka dan berpilu saat kabar demi kabar beliau terima akan Cucu kinasihnya..

--

Pada peristiwa Karbala Ada banyak teladan didalamnya.

salah satunya, mengapa Imam Suci As membawa keluarganya?
agar menjadi saksi nyata bahwa Kezoliman tetap exists sepanjang pedaran Haq.

Agar pula menjadi saksi nyata bahwa para pribadi tidak baik kerap dijadikan Pemimpin bagi agamanya, bukankah al Quran telah menegaskan bahwa kita tidak bisa asal mengambil pemimpin

QS Al Qashash ayat 41 :
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.

saat kita ditanya siapa pemimpin mereka yang menyeru kedalam neraka, jelas jawabannya bukan non Muslim
karena Muslim haram dipimpin Non Muslim.
Pastilah ayat ini menjabarkan ada pribadi tidak baik dalam Internal Islam..

Jawabannya harus kita gali dari Khasanah Peninggalan Islam dan berhenti menyerahkan pada takdir dimana berujung pada penyalahan atas takdirNya.

Ali Imran ayat 190 :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal

Dengan memahami esensi ISLAM yang sebenarnya dan bukan sekedar..
Biarkan terjadi yang pasti terjadi...
--

Pada Sebagian orang memaknai bahwa bulan ini adalah bulan hijarah..
maka makna serupa bisa kita terapkan kedalam sanubari yang terbenam kecintaan pada Nabi Suci Saww.

Hijrah dari akidah Yazid (LA) kepada Akidah Suci Imam Al Husein As
mengganti Akidah yang berkarat dengan Akidah kemurnian Muhammaddi..

--

Meratapi Al Husein bukan ratapan pilu tanpa makna..
Namun Meratapi beliau yang syahid bersama para keluarga suci dan sahabat setianya adalah sebuah pelajaran tuk berlepas diri dari musuh musuh Akidah..

Mengandung makna bahwa Wajib hukumnya bagi setiap pribadi Muslim untuk memurnikan hatinya. Dan Mahabbah belum pasti mawaddah, namun mawaddah telah pasti mahabbah, sebuah jalan dan maqom berliku yang hanya para alim rabbani yang mampu meraihnya..



0 comments:

Enter Your email to Get Update Articles

Delivered by FeedBurner

Random Articles

Powered by Blogger.

Recent Comments

" Pro-Log for the Light Of AT TSAQOLAIN "

  © Free Blogger Templates Cool by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP