Jibril Al Amin As di Ghadir Khum :

" Rasul (umat) ini telah mengikat perjanjian abadi setiap Mukmin yang tiada yang akan berpaling kecuali tidak Percaya Tuhan "


December 25, 2008

Secarik Surat Sepotong hikmah

Bissmihi Ta'ala,

Ketika Saudara seakidah lebih senang mencari kesalahan, memfitnah, percaya hadist riwayat palsu, tidak menggunakan akalnya tuk mencari jawaban. Hanya percaya terus dengan membabi buta tanpa talaqi …

Maka yang akan didapat adalah kefahaman pada hal yang syubhat.

Wahai saudaraku,
Ada yang lebih bermanfaat ketimbang mengurusi Syiah yang sudah ada sebelum Ahlusunnah lahir.

Saat perang khaibar,
Abu Bakar, Umar, Usman dan Para Sahabat lainnya di belakang Imam ALI AS, karena panji ISLAM di tangan Beliau AS. Itulah Syiah Ali versi sahabat.

Sekarang, di zaman ini, antum semua lebih percaya orang bicara kotor, bicara Fitnah, dengan Jubah Ulama…

Sedang Nabi Suci SAWW Bersabda :
"Akan datang suatu zaman atas umatku, mereka tidak lagi mengenal ulama kecuali pakaian yang bagus, dan mereka tidak mengenal Al-Quran kecuali dengan suara yang merdu. Serta tidak menyembah ALLAH kecuali hanya di bulan puasa. Jika itu terjadi maka ALLAH akan menguasakan atas mereka Pemimpin yang bodoh, yang tidak mengenal belas kasih sayang serta tidak memiliki rasa rahmah.”
[Biharul Anwar Juz 22. Hal. 454]

Dan saya terngiang selalu Pesan Amirul Mukminin Imam Ali AS :

“Sesungguhnya awal terjadinya fitnah adalah hawa nafsu yang di turuti, dan Hukum (yang diada adakan) yang bertentangan dengan Kitab ALLAH. Sedang pelaksana hukumnya tidak berlandaskan kepada aturan AGAMA ALLAH SWT. Seandainya Kebhatilan itu tidak bercampur dengan kebenaran, maka tidak akan samar lagi bagi orang yang mendatanginya. Dan seandainya kebenaran itu murni dari samarnya kebhatilan, maka bungkamlah mulut-mulut penentangnya. Namun diambil sebagian dari kebenaran dan sebagian dari kebhatilan, kemudian di campur aduk antara keduanya, dan di situlah Syaiton mulai memperdaya para pengikutnya. Dan hanya orang-orang yang mendapatkan petunjuk ke arah kebaikan dari ALLAH SWT yang akan selamat dari tipu dayanya.

[Nahjul Balaghoh, Subhi Al Sholeh, Khutbah 50 Hal. 77]

Juga saya ingat selalu Pesan imam Maksum AS ; “ Ambillah olehmu yang sesuai Al Quran karena itu adalah kebenaran Haqiqi, Buanglah oleh mu yang bertentangan dengan Al Quran”
Terjemahan Bebas

Maka dengan penuh rasa hormat, Mohon dengan kerelaannya :

1. Hentikan mencari jawaban atas sesuatu yang antum tidak faham akannya.
  • Perspektif Sunnah dan Syiah tidak akan pernah bertemu mengenai ‘kesatuan furu’, karena sunnah menempuh pintu yang berbeda dalam mengambil Jalur Rasul SAWW.

Ana Madinatul Ilmi Wa Aliyyun babuha…
(Aku – Rasul SAWW – adalah Kota Ilmu dan Ali (AS ) adalah pintunya
Jami Al Shagir Juz 1, Hal 415 Hadist 2705, Faidhul Qadir 1/40-47, Jalur sunnah ( 10 orang Sahabat besar, di shahihkan 20 orang ulama sunnah)

Kami masuk dari Pintu Sejati dan berwilayah kepada Amirul Mukminin Imam Ali AS. Maka kami pun teguh dengan Panji At Tsaqalain (Al Quran dan Itrah Ahlul Bayt) ditengah badai fitnah manusia-manusia sok pintar.

Landasannya berbeda wahai saudaraku…

2. Menjawab pertanyaan Furu tanpa di landasi ketuguhan Mahabatu Rasulillahi shalallahu alaihi wa alihi wa salam akan sia-sia.

Karena kecintaan akan manusia Suci SAWW hanya bisa meresap dalam sanubari Manusia, manakala hati manusia tersebut telah suci pula. Selama masih ada kotor, selama masih menganggap Baginda Tercinta SAWW ‘manusia biasa’ maka bukan mahabah yang akan manggon, namun kesesatan yang teramat jauh dari Cahaya Suci

3. Hadist dalam Sunnah berbeda dalam Syiah.

Hadist Shahih belum tentu shahih, karena semua hadist hendaknya di uji kembali, di hakimi kembali dengan Hadist paling Shahih – Al Quran Al Karim.

Maka walaupun banyak ulama berhujjah dengan Al Kafi dan mengutip sebagian isi, memotong rantai kata, mempercayai kemampuan nya sendiri dan berhujjah dengan Hadist tersebut dengan mengabaikan ‘Talaqi akal dan Talaqi Qurani’ maka saya hanya akan tampil sebagai penonton saja.

Bukan saya tidak bisa membantah, bukan saya tidak tahu riwayat yang di bawakan, namun saya malu berdebat dengan orang yang hanya faham kulit tapi tidak faham isi.

4. Kecintaan bukan hanya Lisani

Cinta itu di hati, cinta bercampur dengan kesiapan sengsara. Cintapun siap tidak Indah.

Saat hati berikhrar tuk bertaut dengan Cahaya Suci SAWW, maka di hati ini pun rela mati demi Tegaknya Syariat ALLAH Sejati. Karena Dunia fana ini tidak menjanjikan kebahagiaan apa-apa, kecuali kebahagiaan sesaat, kebahagiaan akan banyaknya golongan, kehormatan hina, dan segala macam hal yang tidak berarti di akhirat nanti.

Sebagian Orang takut bila tidak patuh akan pesan Baginda Suci SAWW ; ‘Barang siapa yang tidak mencintai Ali maka Fasiklah ia”

Mereka tidak faham cinta dalam kalimat tersebut, Cinta Mutlak penuh kasih yang hanya akan manggon bila kecintaan semakna di terapkan terhadap Syiahnya Ali (as).

Bagaimana bisa mengaku Cinta Imam Ali (as) sedang antum mengobarkan perang terhadap pengikut dan pecintanya…?

Bagaimana bisa mengaku mencintai Nabi Suci SAWW, sedang antum berkawan dengan Musuh Nabi SAWW?

Kedua pertanyaan yang jawabannya sangat berhubungan erat …

5. Memperkeruh suasana dengan mempertajam Furu.

Dunia ISLAM yang memang sudah morat marit karena sudah di susupi para munafiqin berjubah ulama sehingga sulit lagi di bedakan antara Mutaqqin dan Munafiqin.

Ditengah situasi ini maka saya hanya akan berpegang teguh pada Tali ALLAH dan Kitabbullah yang tiada memperdayakan.

Jawaban demi jawaban bila di gelontorkan hanya akan membuat fitnah itu bermetamorfosa dan semakin kompleks. Karena Apa ?, karena segala yang diyakini si pembawa fitnah adalah ‘kebenaran semu’ baginya. Bila di jawab dan di luruskan, bukan membuat ia semakin mengkaji kebenaran, malah akan membuat semakin jahil.

Karena Kebenaran dan Kebathilan tidak akan bisa bersatu.

Orang yang mencari jawaban berbeda dengan orang yang mencari kebenaran
Orang yang bertanya tuk faham amat jauh berbeda dengan orang yang mempertanyakan pemahaman.

Firman ALLAH Azza Wa Jalla, Surah Al Baqoroh Ayat 256 :

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Bi Taufiq Wal Hidayah

0 comments:

Enter Your email to Get Update Articles

Delivered by FeedBurner

Random Articles

Powered by Blogger.

Recent Comments

" Pro-Log for the Light Of AT TSAQOLAIN "

  © Free Blogger Templates Cool by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP