Jibril Al Amin As di Ghadir Khum :

" Rasul (umat) ini telah mengikat perjanjian abadi setiap Mukmin yang tiada yang akan berpaling kecuali tidak Percaya Tuhan "


January 13, 2009

Kepedihan Ali bin Husain As Sajjad As (2)

Kota Nabi Suci Yang dinodai

Duka semakin bertambah-tambah. Ulah penguasa semakin menjadi-jadi. Menghancurkan segala apa yang telah dibangun dan dirintis oleh datuknya. Kekacauan dan kerusakan yang ditebarkan oleh orang yang mengaku sebagai pengikut datuknya. Kebiadaban yang diterorkan oleh orang yang mengaku mengikuti agama datuknya. Kebejatan yang disebarkan oleh orang yang mengaku sholat seperti sholatnya datuknya.

Keluarga Nabi telah dihancurkan, menyisakan puing-puing derita. Tetapi seakan tidak cukup dengan itu semua, kota Nabi pun turut menjadi sasaran mereka. Makkah diserbu, ka’bah dihancurkan dengan ribuan batu.

Madinah diserbu, dihancurkan, dan dibakar oleh umat yang mengaku sebagai umat yang kotanya mereka bakar. Bagaimana as Sajjad tidak merintih kala melihat ribuan gadis menjadi korban kebiadaban tentara terlaknat itu. Di depan mata beliau sendiri, sementara beliau ditahan tanpa mampu memberikan bantuan. Bagaimana beliau tidak berduka dikala ribuan bayi lahir tanpa ayah akibat kebinatangan pasukan laknat. Apa yang dapat beliau sampaikan untuk menghibur hati para wanita tersebut. Kehancuran yang ditorehkan oleh pasukan terlaknat yang dipimpin oleh orang yang terlaknat yang selalu membekas hingga akhir hayat mereka. Malu dan derita tak mungkin terbayangkan. Apalagi yang ditanggung oleh maula Ali Zainal Abidin....
Salam alaika ya maulay....


Kesedihan Ruhullah Isa As, Rasulullah Saww, Imam Ali As.

Para Nabi dan Rasul- Rasul terdahulu selalu bersedih dan berbela sungkawa atas duka dan penderitaan yang akan dialami oleh al Husain beserta keluarganya dikala memasuki bulan Muharram.

Ruhullah Isa As tersedu-sedu ketika sampai di Nainawa, dan membayangkan apa yang akan ditanggung oleh al Husain, sehingga pengikutnya ikut menangis meski tak mengerti sebabnya. Rasul pun menangis tatkala bayi mungil al Husain dilahirkan, bukannya kegembiraan yang ditunjukkan. Tangisan duka pertama atas al Husain adalah saat kelahiran beliau. Rasul Saww selalu menciumi leher mungil beliau dan memperingati kaumnya akan perlakuan atas cucunya ini. Rasul selalu berduka atas al Husain, begitu juga Amirul mukminin yang tersedu sedan saat tiba di karbala. Inilah tanah duka dan bencana....

Meski kejadian tersebut belum terjadi, mereka semua merasa berduka atas kabar yang telah disampaikan oleh langit.

Bagaimana mungkin kita dapat menggambarkan duka yang harus ditanggung oleh As Sajjad.... Beliau harus mengalami semuanya itu.. melihatnya sendiri... mendengarnya sendiri... mencium segalanya sendiri secara langsung. Dengan mata beliau sendiri melihat banjir darah di nainawa, dengan telinga beliau sendiri beliau mendengar semua jeritan dan sayatan para kerabat dan sahabatnya, dengan hidung beliau sendiri beliau harus mencium bau amis keluarganya yang bercampur dengan debu – debu dan diinjak-injak oleh kuda-kuda terlaknat. Dengan hati beliau sendiri beliau harus merasakan duka dan jeritan para wanita ahlulbait tatkala Kuda putih al Husain harus kembali ke tenda sendiri, tanpa penunggang, dan dihujani panah........

Perilaku masyarakat

Yang lebih menyedihkan bagi beliau tentunya adalah perilaku masyarakat saat itu. Masyarakat sudah tak perduli lagi dengan kebaikan. Tak menghiraukan peringatan tentang penderitaan abadi. Tenggelam dalam Bid'ah. Tak malu hidup didalam kehinaan, penindasan dan teror dari penguasa. Meski darah-darah mereka telah ditumpahkan. Meski harta-harta mereka diambil, meski wanita-wanita mereka dilecehkan, meski anak-anak mereka dirusak moralnya. Mereka tetap takut, ciut nyalinya atas tindakan represif penguasa.

Mungkin, penduduk kufah saat itu adalah seperti kita saat ini. Dikala imam Husain belum datang kepada mereka, mereka saling berikrar, berbaiat, mengikat janji dan mengundang Imam Husain agar segera muncul dan hadir memimpin mereka dalam melawan penindasan saat itu. Tetapi, ketika sedikit ujian datang, saat Muslim bin Aqil ditindak penguasa dengan mengenaskan, nyali mereka menjadi ciut, patah arang, bahkan berbalik menjadi antek-antek penguasa. Sebelumnya ribuan surat mereka ajukan pada al Husain, dikala lain ribuan tombak panah dan pedang mereka hunuskan kepada al Husain.

Dikala sebelumnya mereka mengelu-elukan kedatangan al Husain, dikala lain mereka mengolok-olok al Husain dan menghinakan keluarganya bak domba dan yontonan. Di kala sebelumnya mereka berdoa demi kemunculan al Husain dan menjadi pemimpin mereka atas penindasan, di kala lain mereka bersumpah serapah atas al Husain, mengoyak tubuhnya, mencincang jasadnya, merebut pakainnya, menghacurkan tangannya demi sepotong cincin, menarik sorbannya, menelantarkan jasadnya, menendangi kepalanya, mengarak keluarganya. Memperkosa umatnya. Mengangkangi haknya. Dan semua puncak kebejatan yang tak terlukiskan.

Tidak mudah menjadi pengikut al Husain As dan al Qaim AFS. Dikala lapang sangat mudah mengaku menjadi pengikut, belum tentu nanti disaat ujian telah datang.

Semoga Allah membantu kita di dalam perjuangan ini....


Assalamu alal Husain, Aali bin Husain, Awlaadil Husain, Ashaabil Husain.




0 comments:

Enter Your email to Get Update Articles

Delivered by FeedBurner

Random Articles

Powered by Blogger.

Recent Comments

" Pro-Log for the Light Of AT TSAQOLAIN "

  © Free Blogger Templates Cool by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP